Praktik Baik Pengembangan Pendidikan Penguatan Karakter di Masa Pandemi COVID-19
Pendidikan Karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik serta mengembangkan sikap dan perilaku yang baik dengan melibatkan warga sekolah dan keluarga. Pendidikan karakter ini merupakan proses pembiasaan yang membutuhkan waktu lama, berkesinambungan, terpadu dan komprehensif. Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, nilai-nilai karakter yang dibangun melalui pendidikan karakter ini adalah religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong-royong dan integritas. Melalui nilai-nilai karakter ini harapannya peserta didik akan mampu beradaptasi di lingkungan yang dinamis (Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0). Tentunya hal ini juga harus didukung dengan ketrampilan dasar yang baik serta kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
Sekolah berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupannya. Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk mempersiapkan anak dengan pengetahuan dan ketrampilan saja, namun juga menjadi tempat untuk menciptakan anak yang berakhlak mulia, memiliki kreatifitas, mampu bergotong-royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan mandiri (Profil Pelajar Pancasila).
Di masa pandemi COVID-19 saat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan yang luar biasa berat. Dan jika kita berpikir positif tantangan yang luar biasa berat ini justru memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Dimana para pendidik dipaksa untuk berakselarasi menyesuaikan diri dalam memanfaatkan teknologi di dalam pembelajaran.
Tantangan selanjutnya yakni bagaimana mengembangkan pendidikan penguatan karakter di masa pandemi saat ini? Dimana untuk beberapa daerah yang masuk Zona Merah, tidak diperkenankan untuk bertatap muka. Satu hal yang harus kita pahami bahwa sekolah bukan satu-satunya tempat untuk mengembangkan pendidikan penguatan karakter. Keluarga dan lingkungan sekitar dari peserta didik, dapat kita manfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai karakter baik. Kita juga dapat memaksimalkan penggunaaan teknologi untuk tujuan tersebut. Sebagai contoh: dalam mengawali pembelajaran secara daring (menggunakan Google Classroom) saya mengajak peserta didik untuk berdoa. Saya tidak dapat memantau apakah peserta didik tersebut memang berdoa atau tidak? namun dalam penilaian sikap, saya memaksimalkan peran orang tua di rumah untuk dapat menilai karakter anaknya melalui instrumen yang saya buat menggunakan Google Formulir.
Inilah salah satu praktik baik yang dapat saya bagikan. Sebagai seorang Guru kita harus mampu beradaptasi di segala situasi, memiliki kemauan untuk belajar dan terus berinovasi di dalam lingkungan yang dinamis guna menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya handal dan memiliki daya saing namun juga memiliki karakter yang baik sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar